1. Sejarah Animasi
Animasi merupakan sutu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film
dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film,
maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar dari fotografi,
sedangkan animasi berakar dari dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis
(desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing-masing, baik fotografi
maupun ilustrasi mendapat dimensi clan wujud baru di dalam film live clan
animasi.
Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua
konvensi atau disiplin, yaitu film clan gambar. Untuk dapat mengerti clan
memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti.
Film, biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu.
Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu
gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikan dimensinya, clan karena sifat
hiburannya, film telah diterima sebagai salah satu media audio visual yang paling
popular dan digemari. Karena itu juga dianggap sebagai media yang paling
efektif.
Untuk dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harus
dihadapi, yaitu masalah teknis film clan masalah teknik mengemukakan sesuatu
denga film atau biasa disebut teknik presentasi. Demikian juga dengan hal yang
harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah teknik animasi, dan
masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan teknik animasi. Sering
perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab dikatakan seni berkomunikasi.
Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai
bidang kegiatan seni, baik visual maupun verbal atau teateral. Bagi seorang
perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting dimengerti. Seorang pembuat
film akan mengahadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat film.
Semua hal yang tertulis di dalam pembahasan ini, bukanlah suatu batasan,
melainkan suatu cara melihat dan ringkasan permasalahan yang harus
dikembangkan.
2. Asal Mula Teknik Film Animasi
Keinginan manusia untuk membuat gambar atau santiran (image) yang hidup dan
bergerak sebagai pantara dari pengungkapan (expression) mereka, merupakan
perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu
sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata
dasar to animate, dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti menghidupkan
(Wojowasito 1997). Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan,
menggerakkan benda mati; Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat
dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup.
Sebenarnya, sejak jaman dulu, manusia telah mencoba menganimasi gerak
gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua
Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih; Mereka mencoba
untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng,bison atau kuda,
digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk
(Hallas and Manvell 1973:23).
Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para
pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun
2000 sebelum Masehi (Thomas 1958:8)
Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan
menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian(794-1192) (ensiklopedi
Americana volume 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang disebut Thaumatrope
sekitar abad ke 19 di Eropa, berupa lembaran cakram karton tebal, bergambar
burung dalam sangkar, yang kedua sisi kiri kanannya diikat seutas tali, bila
dipilin dengan tangan akan memberikan santir gambar burung itu bergerak
(Laybourne 1978:18).
Hingga di tahun 1880-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam
secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan
binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang
berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan
mainan gambar animasi ayng disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan
gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu
gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop (Laybourne 1978:23).
Kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini,dianggapsebagai
pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi(Ensiklopedi
AmericanavoLV1,1976:740)
Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesat-nya di akhir
abad ke 19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film animasi
sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar-gambar blabar
hitam(black-line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negative
sehingga yang terlihat figur menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan di Amerika Serikat Winsor McCay (lihat gambar disamping) membuat
film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur digambar blabar hitam
dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator
Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada
awal tahun 1920-an; Max Fleischer mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat
Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana
mungkin, di mana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu
dengan latar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat
rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan.
Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu
lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”.
Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919 mengembangkan film
animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan
film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu.
Gambar berikut adalah tokoh “Gertie The Dinosaurs”, dan “Felix the Cat”
George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi
pendeknya, pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexsander Ptushko dari Rusia
membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun 1935.
Di tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada film
setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui film”Colour of Box”.
Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting, yaitu di sekitar tahun
1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney
dari Amerika Serikat, melalui film”Mickey Mouse”, “Donald Duck” dan ” Silly
Symphony” yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940.
Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya
“Flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat Disney pada
tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang
dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di eropa, di
Amerika dan merembet sampai negaranegara di Asia. Terutama di Jepang, film
kartun berkembang cukup pesat di sana, hingga pada dekade tahun ini menguasai
pasaran film animasi kartun di sini dengan ciri dan gayanya yang khas.
3. Sikap Asas Film Animasi
Film animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada dunia
fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal dari
bahasa inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita lihat pada kamus
umum Bahasa Indonesia:
“1 barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar
potret negative (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop); 2 lakon
(cerita) gambar hidup;” (Poerwadarminfa 1984)
Secara mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat
diartikan kalau dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk potret negatif
atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran pita seluloid yang
diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya; atau yang berhubungan
dengan cerita atau lakon, film mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau
rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton
orang, bentuk film yang mengandung unsur dasar cahaya, suara dan waktu.
Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi
“Americana”:
“Animated, a motion picture consisting of series of invidual hand-drawn
sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied slightly
from one sketch to another. Generally, the series is film and, when projected
on screen, suggest that figures are moving” (Encyclopedia Americana vol.
V1,1976).
Teknik film animasi, sperti halnya film hidup, dimungkinkan adanya
perhitungan keceaptan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24 gambar
tiap detiknya.
Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat
adalah gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil dari satu
gambar ke gambar yang lain, adanaya suatu fenomena yang terjadi pada waktu kita
melihat, disebut Persistence of Vision, sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak
dari pandangan kita.
Berbeda dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang
bergerak, lalu dianalisis satu persatu menjadi beberapa gambar diam pada tiap
bingkai pita seluloid.
Sedangkan film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar
per gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkam gambar demi
gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame, kamera yang
memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat penggerak pita seluloid
bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu untuk tiap satu detik dibutuhkan
24 bukaan bingkai kamera untuk merekam gambar, gerak ke pita seluloid.
4. Beberapa Jenis Teknik Film Animasi
Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara umum
jenis teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film animasi dwi-matra
(flat animation) dan film animasi trimatra(object animation).
Film animasi Dwi-matra (flat animation)
Jenis film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat
digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar, sebab
hamper semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja
jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar.
Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah:
a. Film animasi sel(Cel Technique)
Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun
(cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang
dibuat di atas lembaran plastic tembus pandang, disebut sel.
Figur animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahan
gambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar belakang
(background), dibuat untuk tiap adegan, digambar memanjang lebih besar daripada
lembaran sel.
Lembaran sel dan latar diberi lobang pada salah satu sisinya, untuk dudukan
standar page pada meja animator sewaktu di gambar, dan meja dudukan sewaktu
dipotret.
b. Penggambaran langsung pada film
Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan
teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik
positif atau negative, tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop frame, untuk
suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan. Atau yang bersifat
percobaan, mencari sesuatu yang baru.
Film Animasi Tri-matra (Object Animation)
Secara keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik runtun
kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra, bedanya obyek animasi yang
dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan memperhitungkan karakter obyek animasi,
sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang.
Untuk mengerakkan benda tri-matra, walaupun itu mungkin, tapi cukup sulit
untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak
yang terbatas. Tidak seperti jenis., film animasi gambar, bebas
melakukanberbagai gerakan yang diinginkan.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film
animasi ini adalah :
a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)
Obyek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan
figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada,
terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentuk (plastik) dan mudah untuk
digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per bingkai, seperti bahan kayu
yang mudah ditatah atau diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan
lain-lain, untuk dapat menciptakan karakter yang tidak kaku dan terlalu
sederhana.
b. Film Animasi Model
Obyek animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macammacam bentuk
animasi ayng bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk abstark; balok,
bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain-lain. Atau bentuk model,
percontohan bentuk dari ukuran sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa
kimia, bola bumi.
Bentuk obyek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan
tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastic
keras dan bahan keras lainnya yang sesuai denga sifat karakter materi yang
dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentuk tidak dipakai.
Disebut juga film animasi non-figur, karena keseluruhan cerita tidak
membutuhkan tokoh atau figure lainnya. Jenis film Teknik yang memanfaatkan
lembaran sel merupakan suatu pertimbangan penghematan gambar, dengan memisahkan
bagian dari obyek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai
kebutuhan; dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja.
c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)
Jenis film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah.
Figur atau obyek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong
sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar
sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung
tiap gerakan dengan tangan, sesuai denagn tuntutan cerita.
Dengan teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi
terbatas sehingga karakternyapun terbatas pula. Karakter figur dibuat terpisah,
biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda; kepala, leher, badan, dua
tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan
itu bias disesuaikan dengan tuntutan cerita, bisa dibuat kurang dari bagian
tadi atau lebih.
d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)
Seperti halnya pertunjukan wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan
cara yang hampir sama, figur atau obyek animasi berupa bayangan dengan latar
belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang layer.
Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur digambar
lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan diletakkan pada latar di
meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di sini, kertas yang dipakai tidak
seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau diberi warna sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas
berwarna gelap atau warna hitam, baik itu figur atau obyek animasi lainnya.
e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)
Yang selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah teknik
yang bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan obyek animasi
semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan mudah dengan
beberapa bahan yang bisa dipakai; potongan Koran, potret, gambar-gambar, huruf
atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai,
disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsurangsur menjadi bentuk
susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi
suatu bentuk film animasi yang bebas.
Perkembangan suatu perusahaan, diagram suatu jaringan dalam tubuh organisme,
pembuatan credit title dalam sebuah film cerita dan lain sebagainya.
5. Penggunaan Film Animasi
Penggunaan film animasi sebagai suatu bentuk pantara rupa rungu (audio
visual medium), cukup berperan penting dalam menyebarkan pesan atau gagasan
yang ingin disampaikan ke masyarakat luas. Film animasi dipakai pada:
1. Televisi komersial; Film animasi digunakan dengan tujuan komersial,
seperti film Wan pada televise, sebagai sisipan di antara acara-acara program
televise, berupa pesan-pesan pendek kepada pirsawan dan sebagai film hiburan.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4. Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat (public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film propaganda atau film Man pengenalan produk.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4. Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat (public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film propaganda atau film Man pengenalan produk.
6. Jenis-jenis Animasi
Animasi yang dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah
berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu:
Animasi 2D, Animasi 3D, Animasi tanah Hat (Clay Animation), Animasi Jepang (Anime).
Animasi 2D, Animasi 3D, Animasi tanah Hat (Clay Animation), Animasi Jepang (Anime).
a. Animasi 2D (2 Dimensi)
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut
dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang artinya
gambar yang lucu. Memang, film kartun itu kebanyakan film yang lucu. Contohnya
banyak sekali, baik yang di TV maupun di Bioskop. Misalnya: Looney Tunes, Pink
Panther, Tom and Jerry, Scooby Doo, Doraemon, Mulan, Lion King, Brother Bear,
Spirit, dan banyak lagi. Meski yang populer kebanyakan film Disney, namun bukan
Walt Disney sebagai bapak animasi kartun. Contoh lainnya adalah Felix The Cat,
si kucing hitam. Umur si kucing itu sudah lumayan tua, dia diciptakan oleh Otto
Messmer pada tahun 1919. Namun sayang, karena distribusi yang kurang baik, jadi
kita sukar untuk menemukan film-filmnya. Bandingkan dengan Walt Disney yang
sampai sekarang masih ada misalnya Snow White and The Seven Dwarfs (1937) dan
Pinocchio (1940).
b. Animasi 3D (3 Dimensi)
Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi 3D
semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi
2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata,
mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney (Pixar
Studio), maka berlombalombalah studio film dunia memproduksi film sejenis.
Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story 2, Monster
Inc., hingga Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya
itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
c. Animasi Tanah Liat (Clay Animation)
Kata orang, meskipun sekarang sudah jamannya Pizza dan Bistik, namun
terkadang kita juga masih kangen dengan masakan tradisional seperti sayur asem.
Ungkapan tersebut cocok buat animasi Clay Animation.
Jenis ini yang paling jarang kita dengar dan temukan diantara jenis lainnya.
Padahal teknik animasi ini bukan termasuk teknik baru seperti pada saat Toy
Story membuka era baru animasi 3D. Bahkan, boleh dibilang nenek moyangnya
animasi. Karena animasi pertama dalam bentuk CIayAnimation. Meski namanya clay
(tanah liat), yang dipakai bukanlah tanah liat biasa. Animasi ini memakai
plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pada tahun 1897.
Tokoh-tokoh dalam animasi Clay dibuat dengan memakai rangka khusus untuk
kerangka tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasficine sesuai
bentuk tokoh yang ingin dibuat. Bagian-bagian tubuh kerangka ini, seperti
kepala, tangan, kaki, disa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya
siap, lalu difoto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut lalu digabung menjadi
gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi Clay
termasuk salah satu jenis dari Stop-motion picture. Film Animasi Clay Pertama
dirilis bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit Nightmare.
Untuk beberapa waktu yang lalu juga, beredar film clay yang berjudul Chicken
Run.
d. Animasi Jepang (Anime)
Film-film yang dibahas diatas adalah kebanyakan buatan Amerika dan Eropa.
Namun, Jepang pun tak kalah soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi anime
(sebutan untuk animasi Jepang). Berbeda dengan animasi Amerika, anime Jepang
tidak semua diperuntukkan untuk anak-anak, bahkan ada yang khusus dewasa.
Bicara tentang anime, ada tokoh legendaris, yaitu Dr. Osamu Tezuka. Beliau
menciptakan Tetsuwan Atom atau lebih dikenal dengan Astro Boy. Seperti film
animasi Amerika atau Eropa, Anime juga terdiri dari beberapa jenis, tapi yang
membedakan bukan cara pembuatannya, melainkan formatnya, yaitu serial televisi,
OVA, dan film bioskop.
7. Software Pembuat Animasi
Di pasaran sekarang ini sudah banyak beredar softwarwe pembuat animasi, baik
itu 2D atau 3D. Untuk lebih jelasnya perhatikan daftar dibawah ini yang disusun
berdasarkan kriterianya.
Software Animasi 2 Dimensi:
Macromedia Flash, CoRETAS, Corel R.A.V.E., After Effects, Moho, CreaToon, ToonBoom, Autodesk Animaton (1990-an) dll
Macromedia Flash, CoRETAS, Corel R.A.V.E., After Effects, Moho, CreaToon, ToonBoom, Autodesk Animaton (1990-an) dll
Software Animasi 3 Dimensi:
Maya, 3D Studio Max, Maxon Cinema 4 D, LightWave, Softlmage, Poser, Motion Builder, Hash Animation Master, Wings 3D, Carrara, Infini-D, Canoma dll
Maya, 3D Studio Max, Maxon Cinema 4 D, LightWave, Softlmage, Poser, Motion Builder, Hash Animation Master, Wings 3D, Carrara, Infini-D, Canoma dll
8. Perkembangan Animasi Di Indonesia
Bagaimana dengan perkembangan Animasi di Indonesia sendiri? Pada tahun
1980-an, ada film animasi produk Indonesia yang jadi serial Televisi yaitu si
Huma yang menjadi favorit anak-anak pada masa itu. Tahun 2004, merupakan
sejarah bagi per-Animasian Indonesia dengan dibuatnya film cerita panjang
animasi 3D pertama oleh Studio KasatMata Jogja bekerja sama dengan Kelompok
Visi Anak Bangsa Pimp. Garin Nugroho, membuat film animasi 3D “Homeland” dengan
sutradara Gangsar Waskito.
0 Komentar:
Posting Komentar