Senin, 30 November 2015

Sikap Tawadhu

"Sikap Tawadhu"

[1] Sikap Tawadhu adalah merasa bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang lain.

Ketika ia melihat orang kafir yang baru masuk Islam, ia mengatakan betapa beruntungnya orang tersebut. Dosa dosanya hapus laksana seorang bayi yang baru lahir. Sedangkan saya begitu banyak bergelimang dosa.

Ketika ia melihat orang yang sudah tua, ia berkata bahwa betapa beruntungnya dia. Ia begitu banyak pahala dengan ibadah-ibadahnya, sedangkan aku masih banyak bergelimangan dengan dunia.

Ketika ia melihat ada seorang pemuda yang rajin beribadah, ia berkata betapa beruntungnya dia masih muda sudah rajin ibadah, betapa besar pahalanya. Ia sudah mengumpulkan kebaikan kebaikan hingga hari tuanya. Sedangkan sisa usiaku untuk beribadah tinggal sedikit.

Ketika ia melihat orang fajir yang banyak maksiat maka ia berkata, bisa jadi dia lebih baik dari aku, bisa jadi ia bertaubat hingga Allah mengampuni semua dosa. Sedangkan akupun tiada yg menjamin bisa husnul khotimah.

Ketika melihat orang yang berilmu dia berkata, betapa beruntungnya ia bisa berilmu dan dekat dengan Tuhan.

Ketika ia melihat orang bodoh ia pun berkata betapa beruntungnya dia tidak berilmu, bisa jadi Allah mengampuninya, sedangkan aku Allah memberikan banyak ilmu tapi banyak tidak mengamalkan.


[2] Seorang yang Tawadhu tidak pernah melihat orang lain rendah.

Ketika ia melihat tukang sampah, ia mengatakan bahwa akulah tukang sampah, akulah orang yang menyampah, sedangkan dia adalah tukang kebersihan yang mulia.

Ketika ia mendapatkan staf atau bawahan yang sangat mengesalkan, ia pun tetap tersenyum saja, ia mengatakan bahwa bisa jadi orang itu Allah turunkan untuknya, untuk melatih kesabarannya. Justru itulah nilai mahal dari orang tersebut dan ia perlu berterima kasih atasnya.

Ketika ada orang lain mencacinya atau mencelanya, ia tidak marah bahkan tersenyum. Dan ia berkata, bisa jadi diriku sebenarnya lebih buruk dari cacian dan makiannya.

Ketika ada orang yang memujinya, ia tidak lantas berbangga hati dan sombong. Ia berkata bisa jadi penilaian Allah atasku tidak seperti itu. Sebenarnya aku tidak pantas mendapatkan pujian tersebut.

[3] Sikap Tawadhu inilah awal dari kebaikan-kebaikan.

Ketika ia melihat orang lain, ia merasa orang tersebut bisa jadi, lebih baik dari dirinya, dan ia tidak merasa bahwa ia lebih baik dari orang lain tersebut.

Maka ia akan menghormati orang lain, akan menghargai orang lain, bisa mendengar kebaikan dari orang lain.

Wallahu a’lam.



0 Komentar:

Posting Komentar